Rabu, 31 Oktober 2012

Menentukan Pilihan Dalam Hidup


                Sering kita mendengar bahwa kehidupan hari ini adalah hasil dari sebuah pilihan yang diambil pada masa lalu dan pilihan hari ini menentukan kehidupan kita dimasa yang akan datang. Hidup adalah memilih dan setiap hari ada banyak keputusan yang harus di ambil dari berbagai macam pilihan. 

           Bangun pagi kita sudah memilih ingin memakai baju apa hari ini ke kantor, ke kampus atau aktifitas lainnya. Banyak dari kita pilihan yang begitu banyaknya membuat kepala pusing.:mau masak apa hari ini buat keluarga, kemudian memikirkan lagi mau makan apa nanti siang, lalu seandainya mau pergi ke suatu tempat mau lewat jalan mana supaya gak kena macet. Begitu banyak pilihan dalam setiap aspek kehidupan. Bahkan ketika kita tidak memilih apapun itu adalah pilihan juga.

                Tidak hanya orang dewasa saja yang pusing, anak-anak pun harus memilih dalam kehidupan mereka. Mereka memilih teman, memilih pakaian yang sedang trendi, memilih tontonan film bahkan sampai memilih pasangan. Sedangkan anak remaja (kenapa hanya pemuda remaja?) harus memilih mau sekolah/kuliah dimana, bekerja dulu atau melanjutkan kuliah, dan pilihan-pilihan hidup lainnya.

               Hal-hal yang diatas adalah hal yang sering kita lakukan setiap hari. Namun untuk beberapa individu, Ada yang tidak bisa tidur mikirin besok mau pakai baju apa buat ketemu pacar…..

                   Setiap hari ada banyak pilihan hidup yang bisa membuat kita jatuh dan terjerembab kedalam lubang gelap atau pilihan yang membuat kita semakin kuat dan semakin yakin untuk menapaki hidup ini. Pertanyaan buat kita sebelum kita mengambil suatu pilihan: Apa konsekuensi dari pilihan yang akan kita jalani?

- Pilihan akan teman kita? (kalau sdh menikah bgmn ini?)
- Pilihan akan pekerjaan kita?
- Pilihan akan tempat tinggal?
- Pilihan akan sekolah buat anak-anak?
- Pilihan akan hobi-hobi, dsbnya?
 
               Kita tidak bisa memutar waktu dan kemudian meralat pilihan kita. Contoh, seandainya kita merasa sudah salah memilih pasangan, kita tidak bisa -dengan mudahnya mengatakan cerai atau sebagainya. Kalau kita memilih pekerjaan yang tidak sesuai dengan harapan kita, kita tidak bisa langsung berhenti , atau kita memilih tempat tinggal yang ternyata kurang kondusif, kita tidak bisa langsung meninggalkan dan pindah tempat dan lain-lain. Kita tidak bisa langsung mengubah keadaan sesuai dengan keinginan kita. Yang bisa kita lakukan adalah intropeksi diri dan belajar dari kesalahan yang lalu untuk menentukan langkah yang selanjutnya.

          Keadaan yang sedang terjadi dan mungkin tidak menyenangkan jangan sampai membuat kita menjadi seorang pengecut yang takut untuk mengambil pilihan-pilihan yang ada di masa depan. Justru dengan belajar dari kesalahan masa lalu dan dengan berani kita akui bahwa kita telah salah memilih, itu dijadikan cambuk supaya mengulangi masalah yang sama dalam menjalani hari-hari kedepan. 
          Tidak ada kata terlambat dalam membenahi diri. Tidak ada kata terlambat dalam menatap hari depan. Dengan semakin bijaksana dan berhati-hati dalam menentukan pilihan-pilihan tentunya kita akan mendapat bisa memgambil pilihan yang baik. Satu panduan yang simple untuk membantu menentukan apakah keputusan yang kita ambil itu baik atau tidaknya adalah mengambil pilihan yang sesuai dengan nilai-nilai hidup kita dan hasil dari pilihan itu kiranya menjadi berkat dan memberikan kesejahteraan bukan hanya bagi diri, tetapi juga bagiorang lain.
salam sukses kawan :)

Selasa, 30 Oktober 2012

hidup adalah pilihan

Hidup memang pilihan, manusia memilih untuk hidup sehingga kelak akan memenuhi dunia ini. Bukan sekadar memenuhi dunia, tapi berusahalah memenuhi dengan kebaikan.

Saat terpuruk, kadang sebagai manusia ‘bodoh’ kita menyalahkan Allah Yangmahapandai, saat diri ini kecewa kita mencari ‘kambing hitam’ agar terhindar dari kesalahan. Hidup memang pilihan, kita memilihnya untuk menang atau kita mundur teratur dan menyimpan sepatu kita lalu tidur.

Saat kenyataan ini begitu pahit, bisa jadi karena polah dan tingkah kita sendiri, hanya penyesalan yang ada. Hidup memang pilihan, kita sudah memilihnya seharusnya kita siap juga menanggung semua resikonya.

Saat orang yang kita sayangi kecewa dengan diri kita yang terlalu ‘bodoh’ untuk menyakitinya, hanya janji yang bisa diobral bahwa diri ini akan berubah dan berubah. Nyatanya apa? Hidup adalah pilihan, kita pernah memilih untuk berubah tapi kita juga memilih untuk tidak melakukan pilihan untuk berubah, maka sudah sepantasnya kecewa dan mengecewakan.

Semua belum berakhir. Masih banyak waktu untuk bisa memecahkan masalah, masih ada tempat untuk menyandarkan bahu lelah kita, masih banyak celah untuk menarus kekecewaan yang pernah kita perbuat, masih terbentang sungai-sungai untuk mengalirkan amarah kita, masih sangat luas danau-danau untuk merendam kesalahan kita, masih seluas samudra hindia untuk meleburkan dosa-dosa kita.

Tinggal, bagaimana pilihan hidup kita sekarang, karena hidup adalah pilihan. 


Alkisah, ada seorang pemuda yang mengeluh kepada ayahnya bahwa hidupnya menderita dan ia tidak tahu jalan keluarnya. Ia lelah berjuang dan bergumul sepanjang waktu.

Kebetulan ayahnya adalah seorang juru masak. Sang ayah membawa putranya itu ke dapur. "Ayah, aku bukan mau belajar memasak. Kenapa ayah membawaku ke dapur?" keluh putranya.

"Anakku, perhatikan saja yang ayah kerjakan", katanyasambil menuangkan air ke dalam tiga panci berbeda, dan mendidihkannya.Setelah mendidih, dimasukkannya wortel ke dalam panci pertama, telur ke panci kedua, dan biji kopi ke panci ketiga. Kira-kira 20 menit kemudian, dengan hati-hati, sang ayah menuangkan wortel di panci pertama ke sebuah mangkok yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Lalu, telur ditaruh di mangkok lain dan air biji kopi dituangkannya ke dalam sebuah gelas.

"Nah. Kamu lihat tadi. Tiga benda, wortel-telur-biji kopi, sama-sama dimasukkan ke dalam air yang mendidih. Apa yang terjadi? Respons setiap benda ternyata tidak sama. Pertama, wortel; sebelumnya keras kan? Tetapi setelah dimasukkan ke dalam air mendidih, lama-kelamaan berubah menjadi lunak. Kedua, telur; karena ada dalam kondisi air mendidih, cairan dalam telur yang terlindungi cangkang tipis, akan mengeras. Ketiga, biji kopi; ia perlahan mengubah kualitas air dan menciptakan sesuatu yang baru dengan cara melebur menjadi satu dengan sifat air itu. Selain itu, ia menaburkan wangi semerbak ke sekitarnya.

"Wortel, telur dan biji kopi diibaratkan sebagai tiga macam reaksi manusia terhadap rintangan dan halangan yang harus dihadapinya. Seperti wortel, saat menemui rintangan, perlahan tapi pasti ia akan melemah dan akhirnya tak berdaya. Sedangkan telur, saat menghadapi halangan, akan berubah menjadi pribadi yang keras, kuat, dan tangguh. Lebih hebatnya lagi, seperti biji kopi, dia mampu melebur dan bahkan menyebarkan bau wangi berupa kebaikan dan kedermawanan kepada orang-orang di sekitar pada situasi sesulit apa pun.

"Karena itu, Nak, dalam menjalani hidup ini, tidak peduli menghadapi rintangan atau halangan apa pun, jangan pernah mengeluh dan bersedih. Coba pikirkan kembali tiga benda ini. Kamu bisa menjadi wortel, telur, atau biji kopi. Pilihan ada di tanganmu."

Netter yang Luar Biasa,

Kita tahu, sebuah masalah tidak akan selesai dengan bersedih hati dan berkeluh kesah terus-menerus.

Karena sejatinya, hidup adalah akumulasi dari keputusan-keputusan kecil yang kita buat setiap waktu. Apapun pilihan keputusan kita, akan menentukan sukses atau gagal di kemudian hari.Karenanya, mari kita pastikan, terus belajar dan berjuang agar bijak dalam menentukan pilihan yang kita putuskan sertamampu membawa kebaikan bagi diri sendiri dan sesama.

Kalau kita bisa memilih bahwa hidup ini adalah perjuangan, kita akan optimis menyiapkan segala sesuatunya dalam menghadapi apa pun, untuk menciptakan sukses di kemudian hari.

Salam sukses luar biasa!

Translate